Allah SWT berfirman :” Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan secara sudan ( begitu saja tanpa pertanggung jawaban ) ?” ( Q.S Al-Qiyamah 75 : 36 ).
Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Syafi’I mengatakan : “ Makan sudan adalah tanpa perintah ( seperti shaum Ramadhan atau tanpa larangan ).” ( Tafsi Quranul Karim, Ibnu Katsir, jilid 4, cetakan Maktabah Darus Salam, 1413 H. hal . 478 ) sudan juga dapat diartikan syariat.
Allah SWT membedakan manusia dengan hewan, hewan diciptakan tanpa sudan ( syariat ). Sebab hewan tidak dianugerahi akal oleh Allah, sedang untuk memahami syariat, akal mutlka dibutuhkan. Maka, jika hewan di bulan Ramadhan tidak diwajibkan berpuasa, tapi makhluk Allah yang diwajibkan berpuasa ia adalah manusia dan jin, sebagaiman firman Allah SWT : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi( beribadah ) kepada – Ku.” ( Q.S Adz Dzariyaat 51 : 56 )
Berdasarkan firman Allah SWT ini, makhluk Allah yang diwajibkan menjalankan syariat hanay ada dua, yaitu jin dan manusia, sedangkan hewan tidak. Dalam hal ini, jika ada hewan yang bentuk fisiknya mirip dengan bentuk manusia, namun ada faktor utama yang membedakan mereka, yaitu akal. Maka kalau ada makhluk yang bentuknya manusia dengan aku muslim, teatpi akalnya tak difungsikannya, pada hakikatnya ia lebih rendah dairi makhluk ciptaan Allah yang bernama hewa tersebut. ( ( Ma’azallah ) !
Didalam Al – qur’an, Allah mengingatkan hambanya yang beriman agar tidak meniru cara hidup hewan yang karena tak berakal, merekan tidak poernah memikirkan urusan akhirat, kecuali hanya makan saja Allah SWT berfirman : “ … Dan orang – orang kafir bersenang senang ( di dunia ) dan mereka makan seperti binatang – binatang makanan dan jahanam adalah tempat tinggal mereka_.” ( Q.S Muhammad 47 : 12 )